AEK SIPITU DAI (Tinjauan Dogmatis Terhadap Pemahaman Warga Aek Sipitu Dai tentang Aek Sipitu Dai yang Dipercayai Mengabulkan Segala Permintaan Melalui Ritual Pangurason dan Implikasinya bagi Pertumbuhan Iman Jemaat GKPI Sagala
Abstract
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui kajian dogmatis tentang aek sipitu dai yang dipercayai mengabulkan segala permintaan melalui ritual pangurason. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Library Research (Penelitian kepustakaan), Field Research (Penelitian Lapangan), wawancara dan metode kuantitatif dengan cara membagikan angket kepada responden yang ada di lokasi penelitian yakni sebanyak 387 jiwa (populasi), maka penulis mengambil sampel sebanyak 10 % dari banyaknya populasi yakni sebanyak 39 jiwa. Penelitian dilakukan dengan dua model hipotesa, pertama hipotesa ditinjau secara dogmatis; kedua hipotesa pendukung implikasi. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan ditemukan bahwa warga Desa aek sipitu dai memahami bahwa aek sipitu dai berasal dari nenek moyang yakni Langgat Limbong Mulana, yang rohnya masih mendiami aek sipitu dai dan diyakini bahwa aek sipitu dai dapat mengabulkan permintaan melalui ritual pangurason. Jika ditinjau secara dogmatis bahwa aek sipitu dai berasal dari Allah. Keajaiban aek sipitu dai yang dapat mengabulkan permintaan itu terjadi hanya karena kuasa Tuhan terhadap ciptaanNya. Calvin juga menyatakan bahwa Allah menetapkan segala sesuatu baik. Jadi keajaiban-keajaiban aek sipitu dai itu adalah dari Tuhan untuk kebaikan dan keselamatan manusia, agar manusia merenungkan kuasa dan anugerahNya, sehingga mendorong manusia untuk percaya kepadaNya, berseru kepadaNya. Menurut pokok-pokok pengakuan iman Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), seluruh ciptaan ditempatkan Allah dalam keselarasaan yang saling menopang dan menghidupkan, sejalan dengan kasih karunia pemeliharaanNya atas ciptaanNya. Penulis menyarankan kepada setiap gereja agar memberikan pengajaran-pengajaran yang benar akan keajaiban-keajaiban dalam ciptaan Allah. Dengan adanya pembaharuan pemahaman yang benar akan ciptaan Tuhan, maka tidak ada lagi pemahaman yang keliru dan menyalahgunakan budaya di tengah-tengah jemaat.