TINJAUAN DOGMATIS MENGENAI PENGGUNAAN ANTI PALASIK SEBAGAI MEDIA PELINDUNG DIRI DI GBKP RUNGGUN KABANTUA

  • Vani Nathasia Ginting Sekolah Tinggi Teologi Abdi Sabda Medan
  • Pardomuan Munthe Sekolah Tinggi Teologi Abdi Sabda Medan
Keywords: Anti palasik, pelindung, ibu hamil, bayi

Abstract

Tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan penjelasan dogmatis tentang praktek warga jemaat yang menyimpan benda-benda penangkal/pelindung sewaktu mengandung. Selama manusia hidup, ia akan selalu mencari cara untuk mendapatkan keamanan dalam dirinya. Dalam hidup ada yang baik dan jahat, setiap manusia tidak ingin diganggu oleh kejahatan, sehingga mencari cara supaya mendapatkan kenyamanan selama hidup. Masyarakat suku Karo juga mempunyai tradisi untuk melakukan satu hal, agar terlindung dari kejahatan. Mereka mempercayai adanya begu yang dapat menganggu kehidupan, sehingga dibutuhkan benda untuk menjadi pelindung diri. Salah satu begu yang menganggu kehidupan terkhusus ibu hamil dan bayinya, dinamai begu palasik (roh jahat, hantu), namun ada pandangan mengatakan palasik adalah penjelmaan manusia yang berwujud seperti begu. Makanan palasik adalah janin atau bayi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Adapun benda yang dijadikan sebagai pelindung diri bagi untuk menyangkal begu tersebut, seperti; akar jeringau, bawang putih, gunting, paku, dan lain sebagainya. Ajaran Kristen menolak pandangan tersebut, semua yang ada di dunia hanya bersifat fana, karena kekekalan hanya milik Sang Pencipta, maka manusia tidak sepantasnya mentuhankan ciptaan Tuhan. Oleh sebab itu, waga gereja tidak boleh terjerumus ke dalam praktek okultisme.

Published
2021-12-28